Dukung Program BISA, Save The Children , Nutrition Internasional Gelar Pelatihan fasilitator Untuk Tingkatkan CTPS

Save The Children , Nutrition Internasional Gelar Pelatihan fasilitator Di Swiss bellin Hotel

Kupang.media Indonesia menyapa.com –
Better Investment for Stunting Alleviation (BISA) adalah paket intervensi terpadu untuk
mendukung program Pemerintah Indonesia melalui intervensi gizi-spesifik dan gizi spesifik
untuk menurunkan stunting sebagaimana tertuang dalam Strategi Nasional Percepatan

Oleh sebab itu, Save the children bekerjasama dengan Nutrition internasional melakukan langkah konkrit melalui program BISA dan melakukan pelatihan fasilitator.

BISA yang dijalankan melalui kerjasama Save the Children dan
Nutrition International dalam periode 2019-2024 dan bertujuan untuk mengurangi stunting dengan meningkatkan status gizi dan perilaku hidup sehat anak perempuan remaja, wanita usia reproduksi, dan anak-anak di bawah usia dua tahun di dua Provinsi – Nusa Tenggara
Timur dan Jawa Barat.

Prima Setiawan, Chief of Party BISA melalui Koordinator Program BISA Save the Children NTT, Rufina Pardosi kepada media Indonesia menyapa menyampaikan, BISA mempunyai target mengimplementasikan pelatihan dan pendampingan untuk keluarga 1000 Hari Pertama Kehidupan-HPK serta remaja usia SMP-
SMA dan sederajat dengan strategi program BISA dapat mendorong terjadi perubahan perilaku di level individu dan masyarakat melalui pendekatan sosial dan komunikasi perubahan perilaku, penguatan sistem kesehatan dan kapasitas tata kelola perencanaan dan penganggaran pemerintah.

Koordinator Program BISA Save the Children NTT, Rufina Pardosi saat kegiatan Pelatihan untuk Pelatih/Fasilitator Kecamatan Modul Remaja di Hotel Swiss Bellin, Kupang, Sabtu (17/4/2021) juga mengatakan salah satu perubahan yang ingin dicapai oleh program BISA adalah peningkatan perilaku bersih dan sehat terutama cuci tangan pakai sabun (CTPS).

“Hal ini relevan dalam situasi pandemi Covid-19, juga relevan untuk konteks provinsi Nusa Tenggara Timur mengingat hasil penelitian menunjukkan indikator terkait perilaku CTPS masih rendah. Lebih jauh, di masa Pandemi COVID-19, perilaku CTPS menjadi salah satu komponen pencegahan penularan virus corona yang utama,” jelas Rufina.

Menurut nya, salah satu perubahan yang ingin dicapai oleh program BISA adalah peningkatan perilaku
bersih dan sehat terutama cuci tangan pakai sabun (CTPS). Hal ini relevan dalam situasi pandemi Covid-19, juga relevan untuk konteks provinsi Nusa Tenggara Timur mengingat hasil penelitian menunjukkan indikator terkait perilaku CTPS masih rendah. Lebih jauh, di masa Pandemi COVID-19, perilaku CTPS menjadi salah satu komponen pencegahan penularan virus corona yang utama.

Sebagaimana diketahui, CTPS merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat berkontribusi terhadap pencegahan stunting pada masa 1000 hari pertama kehidupan
(1000 HPK). Hasil analisis survei demografi dan kesehatan tahun 1986-2007 menunjukkan
sanitasi yang berkualitas berasosiasi terhadap pencegahan stunting sekitar 27% (Fink, dkk,
2011). Di kalangan remaja, 78,9% remaja di kabupaten Kupang dapat menyebutkan 2 waktu
kritis untuk cuci tangan pakai sabun sementara di kabupaten TTU ada 89,5% namun yang mempraktikkan cuci tangan pada 5 waktu kritis di Kabupaten Kupang: 17,9%.

Selain itu dijelaskan Rufina, kegiatan pelatihan ini sangat penting karena dari hasil penelitian menunjukkan di NTT masih cukup tinggi angka stunting.

Rufina menambahkan, pada kegiatan pelatihan untuk fasilitator yang akan bertugas mendampingi  kelompok sasaran terutama pada remaja. Pada kegiatan strategis,  sasaran dari Save the Children lebih pada penguatan perubahan perilaku remaja dan advokasi. Sedangkan dari Nutrition International lebih pada penguatan akses atau layanan kesehatan.

Tujuan dari pelatihan fasilitator yakni untuk meningkatkan pengetahuan fasilitator kecamatan terutama guru dan tenaga kesehatan di puskesmas tentang isi, alur kegiatan dalam modul perubahan perilaku cuci tangan pakai sabun dan pencegahan anemia.

Sementara itu, salah satu Fasilitator asal Kabupaten Kupang, Ribka Rolentiana Kekado, S.Pd, M.Si mengatakan, dalam kegiatan ini dirinya diminta Save the Children untuk menjadi fasilitator bagi calon fasilitator.

Baginya, menjadi fasilitator ini bukan hal baru karena sebelumnya dia sudah mendapat pelatihan dan ilmu yang diperoleh itu ditularkan ke calon yang ada.

“Jadi kebetulan saya juga fasilitator nasional sehingga saya diminta untuk mendampingi calon fasilitator yang ada sekarang,” katanya.

“saya sebagai pengawas sekolah di Kabupaten Kupang, dengan kesibukan yang padat namun saya harus turun ke lapangan, karena bagi saya kegiatan ini sangat penting dan baik sehingga berusaha atur jadwal secara baik agar dapat berjalan berjalan baik,” jelasnya.

Ribka yang juga Ketua PGRI Kabupaten Kupang ini mengatakan, selaku fasilitator tentu harus  menjadi model sebelum diterapkan ke calon fasilitator.

“dalam hal ini, saya  harus lebih dahulu terapkan  terutama enam langkah cuci tangan dalam waktu minimal 20 detik dalam 7 waktu penting. Kita harus biasakan diri dulu baru diterapkan ke orang lain,” ujar Ribka.

Pada kesempatan yang sama salah satu calon fasilitator, Viktor Salu menyampaikan bahwa dirinya sebagai calon fasilitator yang akan di persiapkan sebagai fasilitator di kabupaten dan kecamatan dan akan berperan melaksanakan tugas sebagai fasilitator di sekolah yang akan di tunjuk.

” Tujuan dalam mengikuti pelatihan fasilitator ini agar dapat menjadi fasilitator yang baik dan kompeten sehingga dapat memfasilitasi program BISA ini sampai ke sekolah dan bahkan ke masyarakat,” ujar Viktor.

Di Viktor Salu, hasil dari pelatihan fasilitator ini diharapkan dapat mengetahui program BISA, karena program ini sangat bagus untuk melatih dan membentuk karakter anak untuk hidup sehat dan sekaligus melakukan suatu tindakan adaptasi kebiasaan baru. ( CP ).

Komentar