Virus ASF Masih Menghantui Masyarakat NTT, Pemprov NTT Kolaborasi Prisma Gelar Lokakarya

Ket Foto:  Pemprov NTT Kolaborasi Prisma Gelar Lokakarya

Kupang, media Indonesia menyapa.com
African Swine Fever (ASF) merupakan penyakit pada babi yang disebabkan oleh virus ASF (ASFV) dari famili Asfarviridae. Penyakit atau virus Babi ASF saat ini masih menghantui masyarakat di NTT terutama peternak Babi.

Terkait hal tersebut maka Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) berkolaborasi dengan PRISMA menggelar lokakarya guna mendiskusikan pembangunan peternakan Babi NTT.

Kegiatan lokakarya tersebut diselenggarakan di Kupang, dan mengusung tema “Menumbuhkan Pasar, Mengakarkan Pengetahuan”, pada Senin( 27/11/2023).

Disamping itu, Lokakarya yang digelar bertujuan untuk membahas pencapaian dalam pembangunan babi serta berbagai upaya ke depan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan bagi peternak babi rumahan.

Dr.drh.I Ketut Wiraya,M.Si, Kepala Balai Veteriner Denpasar Kementerian Pertanian RI menyampaikan fakta bahwa provinsi NTT  sebagai Provinsi dengan sumber daya peternakan yang sangat besar oleh dan peternakan babi ini juga masih di hantui oleh penyakit menular atau virus ASF yakni dengan Afrika.

” Kita masih harus berurusan dengan salah satu penyakit hewan lainnya penyakit  demam afrika (ASF). Dan sejak 3 tahun  terakhir cukup berpengaruh dengan sendirinya kehidupan peternakan di NTT khususnya peternakan babi lebih didominasi oleh peternakan skala rakyat dan Untuk penyakit hewan ASF belum ditemukan vaksin yang cukup baik yang mampu mencegah penularan ASF,” jelas Dr.drh.I Ketut Wiraya.

Kepala Balai Veteriner Denpasar Kementerian Pertanian RI ini mengatakan bahwa, Kementan sudah berusaha untuk lakukan beberapa hal termasuk juga mencari dan menciptakan vaksin ASF, namun seperti juga negara lain ilmuwan lain sampai saat ini belum mampu untuk menemukan vaksin yang cukup efektif. Kementan sudah mampu hasilkan serum yang efektif untuk menanggulangi ataupun mencegah dampak lebih buruk lagi dari wabah ASF yang terjadi.

Lebih lanjut disampaikannya, Selain peternakan babi yang merupakan peternakan rakyat kita sudah berupaya terus untuk lakukan langkah-langkah pengendalian penyakit ASF melakui peran pemerintah sebagai fungsi regulator pengaturan lintasan, pelayanan kesehatan hewan untuk menanggulangi dan meminimalisir penyakit ASF. Pemerintah menyadari pengendalian suatu penyakit tidak akan mampu dilakukan sendiri saja tapi peran masyarakat dan semua pihak juga penting untuk ikut menanggulangi.

Sementara itu Sophie Roden dari Kedubes Australia di Jakarta mengatakan bahwa PRISMA sudah menggandeng berbagai pemangku kepentingan untuk bersama mengatasi berbagai kendala di sektor peternakan terutama untuk pengembangbiakan ternak babi dan pendekteksian kesehatan ternak babi.

Menurut Sophia, Pemerintah Australia telah menjalin berbagai kemitraan jangka panjang dan kerja sama yang erat dengan berbagai pihak di kawasan timur Indonesia, tidak terkecuali NTT.

PRISMA sudah  menghibahkan peralatan uji atau deteksi dini portable penyakit hewan yang mudah-mudahan bisa dimanfaatkan untuk deteksi dini terhadap ternak-ternak yang akan dilalulintaskan antar provinsi diluar NTt sehingga pengendalian penyakit ASF bisa dilakukan dan suatu saat diharapkan NTT bisa terbebas dari ASF.

“Semoga apa yang sudah dilakukan pemda NTT dan PRISMA, mampu tingkatkan pemahaman dan pengetahuan dari masyarakat peternak sehingga harapannya pembangunan peternakan di NTT bisa berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT,” ujar Sophia.

Lebih lanjut dikatakan bahwa Prisma telah menjalankan serangkaian program dan bekerja sama dengan pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta pada sejumlah area, di antaranya melalui program SKALA, INOVASI, SIAP SIAGA, AIHSP, dan tentu saja PRISMA..Loka karya ini merupakan sebuah pencapaian kulminasi satu dekade kemitraan Australia pada sektor peternakan babi di NTT Melalui Prisma.

PRISMA juga konsen terhadap perekonomian masyarakat karena tidak ada manfaat secara ekonomi jika tidak ada pengaturan secara lintasan ternak terutama babi dari satu wilayah ke wilayah lain dari NTT dan PRISMA membantu memastikan ternak NTT bebas ASF.

Harapan pemda dan masyarakat apa yang sudah diinisiasi oleh pemda dan PRISMA dapat menjadi sebuah program berkelanjutan.

Dikesempatan yang sama, Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia Kalake dalam keynote speaker melalui visual mengatakan pemerintah provinsi NTT sangat intens berkoordinasi guna memajukan sektor peternakan. Sektor peternakan babi di NTT merupakan salah satu penghasil babi terbesar di tingkat nasional.

Pemerintah Provinsi NTT aktif berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan guna terus menekan dampak penyebaran virus ASF agar tidak membawa dampak kepada masyarakat yang berusaha sebagai peternak babi, jelasnya.

“Pemerintah Provinsi NTT memberikan apresiasi kepada Kementerian pertanian dan Prisma dan semua pihak yang juga telah turut serta memberikan edukasi kepada masyarakat dalam rangka meminimalisir penyebaran virus ASF itu sendiri. Terimakasih untuk kehadiran semua pemangku kepentingan dalam lokakarya ini dan saya harapkan lewat lokakarya ini dapat menghasilkan ide dan gagasan guna lebih membangun sektor peternakan babi di NTT,” kata Ayodhia.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Johanna Lisapaly dalam sambutannya saat membuka kegiatan lokakarya ini mengatakan sejak NTT terkena virus ASF sejak tahun 2020 banyak ternak babi masyarakat yang harus mati terkena dampak virus ASF.

Oleh sebab itu, Banyak yang sudah dilakukan prisma untuk mencegah penyebaran virus ASF yakni dengan aktif memberikan sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat guna mencegah secara dini penyebaran virus ASF. dan Langkah-langkah pencegahan yang dilakukan oleh prisma ini membawa dampak yang baik dimana menurunnya angka kematian ternak babi.( CP).

Komentar