IAKMI NTT Kukuhkan Badan Pengurus, Ini Program Kerjanya

KUPANG, media Indonesia menyapa.com- Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Provinsi NTT melakukan pengukuhan badan pengurus NTT.

IAKMI sebagai organisasi profesi yang bergerak dalam bidang kesehatan, IAKMI akan berfokus pada isu-isu kesehatan strategis. Terutama yang saat ini yang masih terjadi yakni penanganan stunting di NTT.

Pengukuhan IAKMI berlangsung di Aula Universitas Citra Bangsa Kupang Jumat (17/9/2022 oleh Ketua Umum IAKMI pusat Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.D.M.,

Badan Pengurus IAKMI Provinsi NTT yang dikukuhkan adalah Ketua: Dr. Jeffrey Jap, drg, M. Kes, Wakil ketua: Dr. Yendris Krisno Syamruth, S. KM, M. Kes, Sekretaris: Vinsensius Belawa Making, S. KM, M. Kes. Wakil sekretaris 1 : Aysanti Yuliana Paulus, S. KM, M. Kes (Epid), Wakil sekretaris 2 : Vidria Handayani Tae, S. KM, MMRS, Bendahara : Christiani J. F. L. R. Goring, S. KM dan tamu undangan lainnya.(

Dalam sambutannya, Ketua Umum IAKMI pusat Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.D.M., mengatakan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen di mana artinya satu dari tiga balita mengalami stunting.
Indonesia merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.

Dr. Ede Surya Darmawan menerangkan stunting tidak hanya dialami keluarga miskin, namun juga mereka yang berstatus keluarga mampu atau berada.

Dirinya juga menyampaikan bahwa, Stunting, tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisik, namun juga terganggunya perkembangan otak. Penyebab masih tingginya angka stunting di Indonesia sangat kompleks. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya literasi pada masyarakat tentang pentingnya memperhatikan asupan gizi dan kebersihan diri pada ibu hamil dan anak dibawah usia dua tahun. Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi seimbang serta pemberian ASI yang kurang tepat.

“Pencegahan stunting dilakukan dengan upaya mengawal 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dengan program pemberian makan bayi dan anak (PMBA) termasuk ASI Eksklusif, makanan pendamping ASI, dan menyusui sampai 2 tahun atau lebih. Pekerjaan rumah ini tidak bisa dikerjakan sendiri oleh pemerintah. Butuh kerjasama lintas sektor untuk mencapai target tersebut. Istilahnya konvergensi atau keroyokan,” ungkap Dr. Ede

Menurut Dr.Ede Surya Darmawan diperlukan analisis dan pendekatan gizi kesehatan masyarakat secara komprehensif untuk dapat secara efektif merancang program yang berbasis evidence dan berfokus pada pencegahan. Program tersebut, perlu keterlibatan seluruh stakeholders dan sifatnya harus memberdayakan masyarakat.

Lebih lanjut Dr. Ede mengatakan persoalan stunting tidak bisa dipandang sepele. Anak dengan kondisi stunting cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Tidak hanya itu, pada usia produktif, individu yang pada balita dalam kondisi stunting berpenghasilan 20 persen lebih rendah. Kerugian negara akibat stunting diperkirakan mencapai sekitar Rp300 triliun per tahun. Stunting pun dapat menurunkan produk domestic bruto negara sebesar 3 persen.
Hal ini diakibatkan kondisi gagal tumbuh yang dialami anak yang stunting, yang mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitifnya sehingga berakibat pada tingkat kecerdasannya serta mudah terserang penyakit tidak menular ketika dewasa. Anak yang mengalami stunting berpotensi kehilangan produktifitas ketika dewasa.

“Kami tidak ingin anak-anak Indonesia kalah bersaing dengan anak-anak negara lain. Kami ingin mereka menjadi manusia yang maju dan unggul. Indonesia sendiri telah memasuki Era Revolusi Industri 4.0. Jika tidak didukung sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, maka sulit rasanya Indonesia mampu meningkatkan daya saing,” ujarnya.

Sementara itu,. drg. Jeffry Jap, M . Kes resmi terpilih sebagai Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Provinsi Nusa Tenggara Timur periode 2022- 2025.
Selain Pengukuhan dan pelantikan badan Pengurus IAKMI sekaligus melakukan seminar hybrid dengan tema”Transformasi Sistem Kesehatan Menuju Indonesia Sehat dan Sejahtera secara online dan offline.

Ketua IAKMI terpilih drg. Jeffrey Jap disela- sela kegiatan mengatakan sebagai organisasi profesi yang bergerak dalam bidang kesehatan, IAKMI akan berfokus pada isu-isu kesehatan strategis. Terutama yang saat ini yang masih terjadi yakni penanganan stunting di NTT.

“Ahli kesehatan masyarakat juga harus membantu program pemerintah tentang percepatan penurunan stunting melalui program Rencana Aksi Nasional Penurunan Angka Stunting Indonesia,” katanya.

Untuk diketahui, pencatatan dan pelaporan gizi masyarakat, menyebutkan angka prevalensi kekerdilan (stunting) di Kabupaten Timor Tengah Selatan menjadi yang tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni 48,3 persen.
Dalam SSGI 2021 turut disebutkan sebanyak 15 kabupaten/kota di NTT masuk ke dalam kategori merah atau memiliki angka prevalensi kekerdilan lebih dari 30 persen. Sedangkan tujuh kabupaten/kota lainnya, berkategori kuning dengan prevalensi 20 hingga 30 persen.

Jeffrey Jap menambahkan, dalam hal pencegahan stunting, dibutuhkan kolaborasi semua pihak guna mengentaskan masalah kekerdilan pada anak di NTT sebagai upaya bersama menciptakan generasi emas Indonesia yang unggul dan berkualitas.
Ia berharap angka prevalensi kekerdilan dapat turun dan terus melandai pada 2023,” ujar Jeffrey.

Kesempatan yang sama sekretaris IAKMI NTT, Vinsen Belawa Making, SKM.,M.Kes mengajak semua anggota IAKMI dan pengurus untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dalam menangani stunting bisa lebih baik dan berhasil.
Acara pelantikan IAKMI sendiri dihadiri oleh penjabat Walikota Kupang George Hadjoh SH.(CP).

Komentar