Dr. Ir. Gustaf Oematan M.Si, Doktor ke-18 di Universitas Nusa Cendana.

Dr. Ir. Gustaf Oematan M.Si, saat memahat Paku pertanda gelar Doktor telah diraih

Kupang,mediaindonesiamenyapa. Com
Dr. Ir. Gustaf Oematan M.Si, merupakan Doktor ke-18 yang dihasilkan oleh Program Pasca Sarjana Universitas Nusa Cendana.

Dalam meraih gelar Doktor bukan lah sesuatu yang mudah, ada berbagai perjuangan yang besar dilalui dan lakukan, dimana di penghujung masa studi S-3 pada Universitas Nusa Cendana, Gustaf tergerak untuk berkontribusi bagi para petani dan peternak. Karena baginya, setinggi – tingginya ilmu, akan lebih tinggi jika bermanfaat bagi sesama.
Oleh sebab itu meneliti Semak Bunga Putih atau nama latinnya Chromolaena odorata, Merupakan pilihan nya untuk menjadi bahan penelitian nya. Karena menjadi bahan pemikiran nya bahwa gulma berbentuk semak berkayu yang perkembangannya sangat cepat sehingga sulit dikendalikan.

“Tahun 2005 ketika undang – undang Dosen keluar, ada satu statemen dari Prof. Umbu Data, yang selalu terngiang yakni “Jangan jadi Dosen Minimalis”, tapi haris berusaha untuk menyelesaikan study pada puncak yakni Doktor, dan itu yang membuat saya termotifasi untuk kuliah. Terima kasih prof, terima kasih untuk semua yang telah mendukung saya selama saya berjuang meraih gelar Doktor”, ungkap Gustaf.

Selanjutnya, suami dari Rossi Touselak ini ketika Melihat perkembangan Semak Bunga Putih yang makin meresahkan maka bertekad untuk memecahkan persoalan tersebut menjadi potensi bagi peternak yang mulai kekurangan pakan akibat tersebut.

Karena disadari oleh mantan Dekan Fakultas Peternakan Undana ini bahaa Tumbuhan ini merupakan gulma padang rumput yang sangat merugikan para peternak, betapa tidak, di mana semak ini tumbuh, maka rumput dan hijauan lainnya tidak akan berkembang.

Tumbuhan pengganggu ini tumbuh dan berkembang dengan begitu liar dan subur di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini membuat para petani dan peternak menjadi resah.

Gustaf Oematan kemudian melakukan penelitian nya dengan judul Disertasi “Optimalisasi Biofermentasi Dalam Rumen dan Pertumbuhan Sapi Bali Menggunakan Silase Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Disuplementasi Analog Hidroksi Metionin dan Asam Lemak tidak Jenuh”,

“Chromolaena Odorata ini di NTT dan seluruh dunia dikenal dengan gulma, ini merupakan musuh padang penggembalaan, kalau dia (CO) tumbuh di mana maka rumput akan mati, merusak lahan produktif”, jelas Gustaf dalam sidang terbuka program doktor ilmu peternakan, yang digelar di Aula Program Pasca Sarjana Undana, Kamis (12/11/2020).
Namun demikian, “si putih” juga yang akhirnya menghantar Gustaf Oematan meraih gelar Doktor di bidang peternakan dengan predikat sangat memuaskan.

Untuk diketahui, Gustaf melakukan penelitian tentang bagaimana menjadikan “Si Putih” menjadi pakan ternak yang bernutrisi tinggi.

Menurut Gustaf, Gulma ini miliki memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik, memiliki kandungan protein 15 sampai 35 persen, memiliki senyawa asam amino, metanin sangat kurang, namun memiliki senyawa anti nutrisi sehingga tidak bisa digunakan sebagai pakan.

“Karena itu saya melakukan proses biofermentasi, untuk membuatnya menjadi selase dan saya gunakan sebagai inggredien ransum sehingga diberikan kepada ternak dalam bentuk konsentrat”, urai Gustaf

Dijelaskan, hasil fermentasi yang sudah dijadikan konsentrat ketika diberikan kepada ternak ternyata menghasilkan penambahan berat badan yang sangat tinggi.

Gustaf menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada promotor dan penguji yang telah membantu mewujudkan mimpinya menjadi seorang Doktor.

Dari 3 promotor dan 10 penguji yang menguji Disertasi Gustaf Oematan, salah satu diantaranya yakni Ir. Marthen L Mullik, PG Dip, Agr. St, PhD., memberikan apresiasi kepada Gustaf Oematan atas penelitian yang dilakukannya.

Salah satu penguji, Marthen Mulik mengatakan bahwa Gustaf Oematan sudah cukup dalam koridor penelitian Disertasi dan Akumulasi penilaian para promotor dan penguji menyatakan bahwa Gustaf Oematan layak menyandang Gelar Doktor di bidang peternakan

.“Saya ingin menyampaikan proficiat karena anda adalah salah satu orang yang termasuk dalam kelompok yang jarang di dunia, yang meneliti tentang isue dunia, karena Chromolaena ini sudah dianggap musuh dunia, bahkan ada satu asosiasi internasional yang setiap tahun bertemu untuk bagaimana memusnahkan Chromolaena”, kata Mathen Mullik.

Penyebaran Chromolaena, lajut Mullik, dimulai dari Afrika sampai Asia, termasuk sampai di pelosok Nusa Tenggara Timur.

Para penguji dan promotor berharap hasil penelitian tersebut kemudian dapat disernigikan dengan program pemerintah baik dinas pertanian, peternakan maupun dinas terkait lainnya untuk meningkatkan produksi dan produktifitas ternak Sapi di Nusa Tenggara Timur. ( CP).

Komentar