Ini Kisah Ellent Tehusalawane Lukas: Wanita Tangguh dan Inspiratif

Kupang, mediaindonesiamenyapa.com, tangguh dan inspiratif, adalah sosok dari Ellent I. H.Tehusalawane Lukas, wanita kelahiran Kupang Lima Puluh tahun yang lalu. Wanita yang akrab disapa Ellent ini, mengawali kariernya pada Tahun 1995 sebagai wanita karier di lembaga perbankan yakni BNI 46 .

Istri dari Johanis Tehusalawane ketika ditemui media ini di salah satu rumah makan yang terletak di Kota Kupang, Kamis (16/07/2020), nampak bersahaja, santun dan penuh keramahan. Hal itu ditunjukkan ketika dirinya berbicara dan menawarkan makan siang bersama. Usai makan siang bersama Ellen menceritakan kisah hidupnya ketika mengawali kariernya diperbankan. Ia menuturkan bahwa, awal kariernya di perbankan tidaklah semudah yang dibayangkan sewaktu masa kecil.

Usai pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Artha Wacana (UKAW) Kupang, dirinya kemudian menjadi Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Kupang tahun 1994 yang pada waktu itu upah atau gajinya sebesar 800 ribu rupiah dan pada tahun tersebut sudah terbilang cukup besar. Namun dalam perjalanan waktu Ellen merasa ada yang belum cocok dengan karier yang di gelutinya.

Alhasil, wanita inspiratif ini kemudian mencoba mencari sesuatu yang beda dari pekerjaan yang sedang dijalankannya saat itu. Keinginannya bekerja di perbankan sangat menggelora dalam dirinya. Hal itu diungkapkannya ketika teringat waktu kecil, dirinya melihat karyawan perbankan yang cantik, berwibawa dan bagus penampilannya walau ternyata hanya cassing saja menurut pemikirannya. Beranjak dari pemikiran tersebut, dengan penuh kepolosannya, ia mengatakan kepada bapaknya kalau kelak ia akan bekerja di bank. Bapaknya kemudian kaget dan bertanya ,”mengapa kamu mau bekerja di bank? Jawab Ellent, “saya sangat suka melihat orang yang bekerja di bank itu cantik dan bagus dan kalau kerja di bank saya punya uang banyak akan saya berikan ke bapak dan ibu,” kata Ellent dengan lugunya.

Ellen Tehusalane Lukas bersama suami dan anak-anak.

Seiring berjalannya waktu, wanita yang mempunyai Motto hidup Tuhan adalah kekuatanku ini, kemudian mengikuti tes di perbankan dan oleh karena kemurahan Tuhan Ia diterima bekerja di BNI 46 waktu itu. Suatu kebahagiaan dirasakannya, betapa tidak, semuanya melalui suatu perjuangan, pergumulan hidup yang luar biasa.

Ruteng, adalah kota pertama dirinya memulai kariernya di BNI. Ibu dari satu puteri dan putera ini mengisahkan bahwa, perjalanan kariernya cukup luar biasa. Walau awalnya bekerja di BNI, bapaknya tidak menyetujui karena tidak mau berjauhan dengan anak-anaknya. Namun, tekad dari Ellen untuk bekerja tetap dilakukan.
“saya bekerja di BNI dengan gaji 300 ribu saja. Saya tertarik bekerja di BNI karena sewaktu kecil terobsesi melihat orang yang bekerja di bank seperti sangat berwibawa dan bagus, walau bapak tidak menyetujui saya bekerja di bank, apalagi harus keluar dari Kota Kupang, namun saya sudah bertekad dan memutuskan memilih bekerja di Bank maka saya siap ditempatkan dimama saja,” kata Ellen.

Dengan tersenyum manis, anak ke 2 dari 9 bersaudara sangat bersyukur mempunyai keluarga yang sederhana dan kompak serta selalu mensyukuri berkat yang dianugerahkan Tuhan bagi keluarganya dengan ekonomi yang cukup dan patut disyukuri.

Setelah berkarier dan mendapatkan gajinya, perempuan alumni dari SMPN 2 Kupang ini, tidak lupa membantu adik-adiknya dalam study. Adik-adiknya sangat senang dan bahagia ketika dikirimi uang oleh Ellen. Dia sangat bahagia dapat membantu adik-adiknya. Sambil tersenyum Ellen mengenang kisah kariernya.
Ibu dari Joan Elsya Grace dan Devid Lowdry mengatakan bahwa, sebelum sampai ke titik sekarang yakni sebagai Pemimpin Bidang Pembinaan Pelayanan Nasabah di BNI 46 , kariernya juga dipindah- pindahkan sebagai promosi yakni dari tahun 1995 -1998 dari Ruteng dirinya dipindahkan ke Kabupaten Ende, kemudian ditahun yang sama pindah lagi dari Ende ke Labuan Bajo, kemudian beberapa bulan dipindahkan lagi dari Labuan Bajo kembali ke Ende , kemudian pada tahun 1999 dipindahkan ke Kupang. Sampai di Kupang ditawarkan pindah ke Waingapu hingga tahun 2000 .

“Pesan bapak saya, bapak tidak wariskan harta untuk kalian tapi hanya wariskan pendidikan karena dengan pendidikan kalian akan setara dan tidak merasa ada yang berpendidikan dan ada yang tidak. Karena melalui Pendidikan kalian bisa bekerja atau bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Sehingga apa yang menjadi harapan dan pesan bapak terwujud pada kami anak-anaknya,” ungkap Ellen Lukas.

“Selanjutnya karier saya kembali harus berpindah lagi dari Kupang ke Waingapu tahun 2000 dan pada tahun 2003 saya menikah, karena suami bekerja di Waikabubak maka pada tahun 2004, saya kemudian pindah ke Waikabubak.
Setelah itu pindah lagi ke Weetabula, itu dalam rangka promosi jabatan juga. Namun suami juga pindah ke Ambon. Tinggalah saya sendiri bersama dua anak saya. Dan singkat cerita tahun 2012 pindah ke Kupang hingga sekarang,” ujar Ellen Lukas.

Menanjaknya karier Ellen tidak terlepas dari dukungan dari keluarga besar dan juga temannya yang sudah dianggap sebagai adiknya yang pada saat berbincang dengan media ini, hadir menemani Ellen saat makan siang sambil sesekali menunjuk ke arah sahabatnya tersebut dengan senyuman manis.

Dirinya juga mengatakan bahwa, apa yang dirasakan dan diterima itu hanya kemurahan Tuhan. Di balik keberhasilan Ellen, ada sosok ibu yang sangat ia kagumi, hal tersebut terbersit dari sorot matanya ketika berbincang dengan media ini.

“Ibu saya sangat berarti bagi diri saya. Saya mengibaratkan ibu seperti sosok RA. Kartini yang sabar, tegas, bersahaja, keibuan. Figur ibu bagi diri saya tidak ada bandingannya. Ibu adalah wonder women bagi kami anak – anaknya. Karena seorang ibu mampu melahirkan dan membesarkan 9 anak dengan sabar dan penuh cinta dan kasih sayang,” ucap Ellen.

Ellen mengungkapkan sosok ibunya dengan ekspresi yang penuh kebanggaan karena sosok ibu menjadi panutan bagi dirinya.

Walau kesibukannya dalam meniti karier, wanita yang pernah bersekolah di SDI Oeba Kupang ini, tidak melupakan kodratnya sebagai seorang perempuan, istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya. Kesibukan bukan menjadi hambatan dan halangan dalam menjaga keharmonisan keluarga. Dirinya mengatasi dengan cara menikmati hidup dan membangun komunikasi yang baik. Kebersamaan dengan anak tidak pernah terlewatkan, dirimya selalu mengajarkan anak-anak untuk mandiri. Pada prinsipnya saling memahami. Membagi waktu dengan baik adalah komitmen yang diterapkan dalam keluarga nya.

“Ketika sudah mengambil keputusan untuk bekerja maka saya juga harus siap untuk bisa membagi waktu untuk keluarga. Saya mensyukuri apa yang Tuhan beri. Keluarga dan teman sangat support atas karier saya. Kami Saling mendukung dan menguatkan dalam hidup,” katanya.

Ellen mempunyai prinsip dan komitmen diri yang kuat. Ada satu ayat kitab suci yang menjadi kekuatan baginya adalah “apa saja yang diminta dengan penuh kesungguhan maka akan diberikan padamu”. Hal tersebut yang menguatkan dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan hidup nya.

Wanita yang menyukai sosok mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti ini mengatakan bahwa, sekuat-kuatnya kita wanita namun tetap kita juga membutuhkan keluarga dan teman untuk support.

lulusan Fakultas Ekonom UKAW berpesan kepada kaum perempuan di NTT dan juga bagi kaum millenial harus mampu bersaing tanpa melupakan kodrat sebagai perempuan. Jadilah wanita tangguh tanpa mengorbankan jati diri kita sebagai wanita. Apalagi di NTT masih adanya budaya patriarki yang sangat menghargai budaya Timor sehingga budaya tersebut jangan sampai merosot karena merasa sudah menjadi wanita hebat terus mengabaikan kodrat. (CP)

Komentar