Ket Foto: Tim UCLG ASPAC dan Instansi terkait Pemkot Kupang saat kegiatan pelatihan penyusunan rencana aksi adaptasi perubahan iklim
Kupang, media Indonesia menyapa.com
Perubahan iklim saat ini diprediksi kian memburuk, Hal ini hendaknya diantisipasi dengan langkah mitigasi dan adaptasi menyeluruh. Di Kota Kupang, upaya tersebut sedang dilakukan oleh pemerintah Kota Kupang berkolaborasi dengan Uni Eropa dan united Cities And Local Government Asia Pasific (UCLG ASPAC)
melalui program nya CRIC( Climate Resilient And Inclusive Cities) mengatasi perubahan iklim di Kota Kupang yang nantinya akan merujuk pada lingkungan yang bersih.
Untuk diketahui, Kota Kupang sebagai salah satu Kota percontohan program Climate Resilient And Inclusive Cities(CRIC) dalam mensukseskan program Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Kota Kupang.
Dampak perubahan iklim akan memperburuk masalah akses dan ketersediaan air yang telah lama dihadapi warga di Kota Kupang. Oleh sebab itulah adanya upaya Kolaborasi antara Pemerintah Kota Kupang dan UCLG ASPAC mencoba mencari jalan keluar dari masalah ini.
Terkait hal tersebut maka menggelar pelatihan penyusunan rencana aksi iklim dengan mengandeng lembaga dan instansi terkait di Kota Kupang untuk melakukan pendampingan teknis pengembangan rencana aksi iklim di Kota Kupang karena adanya perubahan iklim yang saat ini terjadi dan berubah – ubah.
Kepala Bappeda Kota Kupang selaku ketua Pokja AMPL, Djidja Kadiwanu dalam sambutannya saat membuka pelatihan penyusunan rencana aksi iklim mengatakan bahwa saat ini permasalahan yang berdampak pada adaptasi perubahan iklim yang di alami oleh Kota Kupang adalah kelangkaan air bersih yang di rasakan oleh masyarakat dan sampai saat ini belum ada penyelesaian.
Menurut Kepala Bappeda Kota Kupang, layanan air bersih di Kota Kupang yang baru di nikmati oleh masyarakat, baru mencakup 46.638 SR dari 93.789 Kepala Keluarga, maka berbagai upaya dan aksi sedang dilakukan oleh Pemerintah Kota Kupang untuk mengatasi persoalan-persoalan terkait kelangkaan air bersih tersebut dengan berbagai program kerja dan aksi mengatasi permasalahan air bersih yang berdampak pada adaptasi Iklim lingkungan yang bersih dan sehat.
“Untuk mengatasi permasalahan air bersih di Kota Kupang, pemerintah Kota Kupang telah melakukan berbagai upaya dengan membangun Spam kali dendeng, membangun embung, resapan dan drainase konservasi, kampung iklim dan kampung ramah air hujan, dan juga melakukan kolaborasi dengan lembaga keagamaan yakni melakukan aksi menanam pohon di setiap rumah dan membuat resapan,” ungkap Kadiwanu.
DJidja Kadiwanu mengatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Kupang merupakan aksi untuk mengatasi persoalan dalam hal meminimalisir dampak perubahan iklim di Kota Kupang dengan melakukan kolaborasi dengan lembaga keagamaan dan Stakeholder untuk mendapatkan pendampingan yang lebih maksimal sehingga dapat menuntaskan dan mengatasi perubahan iklim di Kota Kupang.
“Rencana aksi ini merupakan upaya Pemerintah Kota Kupang beradaptasi dan berusaha memitigasi dampak dari perubahan iklim. Perencanaan ini disusun berdasarkan data sehingga rencana aksinya lebih tepat sasaran, dampak perubahan iklim, akan diintervensi langsung di tingkat wilayah paling kecil,” jelas Kepala Bappeda kota Kupang
“Penyusunan rencana aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim ini merupakan komitmen Pemkot Kupang untuk ambil bagian dalam mengatasi perubahan iklim ” ujar Kadiwanu.
“Rencana aksi ini diharapkan membantu Kota Kupang lebih tangguh dalam menghadapi perubahan iklim dan dari kegiatan yang dilaksanakan ini kami mengharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi Kota Kupang” Tandas Kadiwanu.
Untuk menjawab kebutuhan masyarakat terkait perubahan iklim dan adaptasi Iklim lingkungan dan mitigasi maka UCLG menghadirkan Prof. Dr. Rizaldi Boer, Pakar Manajemen Resiko Iklim, Adaptasi & Mitigasi Perubahan Iklim pada pelatihan penyusunan rencana aksi iklim di Kota Kupang untuk bersama lembaga terkait melakukan diskusi untuk mengkaji bagaimana langkah rencana aksi iklim untuk mengatasi tingkat risiko perubahan iklim di Kota Kupang.
Prof Rizaldi dalam diskusi membahas isu perubahan iklim dan pengenalan konsep dasar penyusunan rencana aksi adaptasi, di Kota Kupang, Selasa (20/06/2023) di Sotis Hotel mengatakan, dampak perubahan adaptasi Iklim saat ini mulai terasa sehingga untuk mengendalikan perubahan iklim maka perlu adanya kajian risiko iklim dalam hal kerentanan, potensi dampak, menjadi basis utama dalam penyusunan rencana aksi adaptasi Iklim perubahan iklim.
Menurut Prof Rizaldi, suatu lingkungan bisa dikatakan adanya perubahan iklim karena beberapa faktor seperti krisis air dan ketersediaan air bersih dan lain-lain.
Dikatakan Prof Rizal, Kota Kupang saat ini bisa dikategorikan adanya perubahan iklim, Pasalnya tanah di Kota Kupang cenderung banyak karang yang sekali rusak tidak bisa menahan air sehingga pada akhirnya akan tergantung sumber air dari wilayah lain.
“Seperti yang telah disampaikan oleh Pemkot bahwa masalah air bersih di Kota Kupang masih menjadi persoalan yang penting saat ini , sehingga ada upaya yang dilakukan Pemkot Kupang dengan melakukan terobosan membangun spam di Kali Dendeng, membangun Embung, resapan air, Kampung ramah air hujan serta penghijauan untuk menahan air sehingga kebutuhan masyarakat akan air bersih bisa terpenuhi namun persoalannya butuh waktu berapa tahun dan ini perlu adanya kajian yang mendalam,” Jelas Prof Rizaldi.
Oleh sebab itu, Prof. Rizaldi Boer mengatakan dengan adanya pelatihan penyusunan rencana aksi iklim yang digelar oleh UCLG ASPAC bersama lembaga dan dinas terkait diharapkan bisa mendapatkan suatu hasil diskusi dan dapatkan konsep penyusunan rencana adaptasi perubahan iklim lingkungan yang nantinya dapat di tindak lanjuti dengan aksi adaptasi.
Sementara itu, Yusak Subnafeu selaku Field Officer Program CRIC -UCLG ASPAC kepada media Indonesia menyapa mengatakan, target dari pelatihan penyusunan rencana aksi adaptasi perubahan iklim dari UCLG ASPAC adalah untuk menampung dan menyusun konsep rencana aksi dan adaptasi perubahan iklim dari Pokja dan anggota Pokja di Kota Kupang sehingga nantinya paham tentang konsep penyusunan rencana aksi adaptasi perubahan iklim setelah itu mulai menyusun rencana aksi adaptasi sesuai dengan prioritas pembangunan yang berkaitan dengan upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
Ditambahkan Yusak bahwa selama ini Kota Kupang memfokuskan perhatian pada pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat karena sebagaimana diketahui Kota Kupang mengalami krisis air sehingga target berikutnya dari pelatihan penyusunan rencana aksi adaptasi perubahan iklim adalah berkolaborasi dengan Kota Kupang yang merupakan anggota Apeksi(Asosiasi pemerintah Kota Asia Pasific) dan instansi terkait untuk nanti nya dapat menghasilkan dokumen rencana aksi adaptasi sehingga kedepannya bisa mengakses bantuan dari luar negeri dan dalam negeri untuk menjawab kebutuhan dan persoalan di masyarakat terkait air bersih.
” Kota Kupang merupakan anggota Apeksi dan telah berkolaborasi dengan UCLG ASPAC selama dua tahun untuk bersama menyusun rencana aksi adaptasi perubahan iklim namun selama ini belum ada kajian yang mendalam, selama ini masih dalam proses pengumpulan data sehingga diharapkan dari kegiatan pelatihan penyusunan rencana aksi adaptasi perubahan iklim ini bisa menghasilkan dokumen rencana aksi adaptasi,” Pungkas Yusak Subnafeu. ( CP).