Terapkan Teknologi Ramah Lingkungan di NTT, BRIN dan BPS Kolaborasi Dalam Kajian Pembangunan Ekonomi Hijau

KUPANG,media Indonesia  menyapa.com|Pola pengembangan ekonomi hijau di Indonesia masih bersifat project driven, tidak terorganisasi dengan baik (unorganized) skala kecil dan belum melakukan optimasi pada aset demografi.

Oleh sebab itulah pembangunan dengan visi ekonomi hijau atau green ekonomy sangat penting untuk dapat menghasilkan produk yang ramah lingkungan serta penerapan teknologi yang ramah lingkungan.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH) BRIN Pusat Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A pada kegiatan Desiminasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang berlangsung di Hotel Aston Kupang Nusa Tenggara Timur Rabu, 23/11/2022.

Menurut Prof. Ahmad Burhani, Pelibatan aspek demografi yang menekankan dinamika kependudukan menjadi penting dalam paradigma ekonomi hijau, bukan hanya dari sisi kuantitas, namun yang jauh lebih penting adalah kualitas kependudukan itu sendiri.

“Untuk mewujudkan komitmen itulah maka BRIN bersama Badan Pusat Statistik (BPS) berkolaborasi dalam “ Kajian Kualitatif Pembangunan ekonomi hijau dan kondisi sosial demografi penduduk Indonesia “ untuk mewujudkan kesejahteraan penduduk dan lingkungan berkelanjutan di 34 Provinsi di Indonesia, karena ini adalah bagian dari kajian kualitatif long form sensus penduduk 2020,” terang Ahmad Najib Burhani

Ahmad menambahkan Implementasi konsep ekonomi hijau yang ada saat ini lebih menekankan kepada transformasi ke arah teknologi tinggi/canggih(advanced) dan bagaimana meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) agar menyesuaikan dengan teknologi tersebut.
“ Pembangunan ekonomi hijau di Indonesia perlu memperkuat tiga hal penting yakni: kearifan antar generasi ( intergenerational wisdom),institusi sosial ( sosial institution) serta pengenalan teknologi tepat guna,” ungkap Ahmad Najib.

Selain hasil kajian berupa laporan penelitian, kerjasama dua lembaga ini menghasilkan laporan kebijakan (policy paper) serta film dokumenter jelajah praktik hijau Indonesia yang berjudul “ Semai”. Dua produk riset tersebut telah dirilis dalam acara Indonesia Research and Innovation (INARI) Expo pada tanggal 27 Oktober 2022 yang lalu.
Sementara itu temuan kajian di Region NTT, NTB dan Bali mewakili tim NTT Yusuf Maulana, S.A.P menyampaikan Pengembangan EBT berperan penting dalam pemerataan akses energi, mendorong pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat NTT.

Dijelaskan Yusuf, Riset ini bertujuan untuk menganalisis praktik- praktik ekonomi hijau bidang EBT di berbagai level rumah tangga, komunitas,NGO, pelaku usaha/ swasta dan pemerintah daerah di Provinsi NTT dalam perspektif sosial demografi. Penyediaan listrik di tingkat desa seperti PLTMH Kamanggih merupakan salah satu praktik terbaik model penyediaan listrik terbesar. Kesulitan mendapatkan air bersih yang dialami masyarakat Kamanggih menjadi titik masuk pertama penyediaan energi di desa tersebut.

Mewakili Tim NTB Josefhin Mareta, S.H., M.Si mengatakan penerapan ekonomi hijau di Provinsi NTB sudah berjalan baik walaupun masih belum terlihat secara masif dan kolektif. Dalam praktek biogas, telah terlihat manfaat ekonomi dan keberlanjutan lingkungan di desa Narmada dan Desa Pesanggrahan.

“ Masyarakat memahami cara mengelola limbah kotoran hewan dan sampah organik sehingga lingkungan mereka menjadi lebih bersih. Bahkan produk- produk turunan seperti pupuk kompos, bio slurry dan pupuk organik cair dari biogas memberikan manfaat ekonomi yang lebih “ kata Josefhin.
Mewakili tim Bali Dr. Sti Sunarti Purwaningsih, M.A. mengungkapkan Pertanian organik sebagai diversifikasi lapangan usaha untuk mengurangi ketergantungan yang tinggi terhadap pariwisata di Bali.

“Dampak pertanian organik terbukti bukan hanya berdampak secara ekonomi tetapi juga terhadap lingkungan. Di desa Sangeh pertanian organik yang dijalankan dapat meningkatkan produksi lebih dari 80 persen bebas pupuk urea, pestisida, hemat air hingga 50 persen dan ramah lingkungan. Selain itu di desa Penida pertanian organik menjadi salah satu cara menjaga kelestarian mata air,” ujar Sri Sunarti.

Untuk diketahui Desiminasi di Kota Kupang merupakan bagian akhir dari keseluruhan rangkaian penyampaian hasil temuan di tingkat Regional, secara keseluruhan diseminasi hasil kajian kerjama BPS dan BRIN telah terselenggara sejak Oktober 2022 di Kota Palembang, Semarang, Makasar, Ambon dan Manokwari.

Hadir pada kegiatan Desiminasi di Kota Kupang, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekda Provinsi NTT Ganef Wurgianto, A.Pi mewakili Gubernur NTT, mewakili BRIN (IPSH BRIN) Prof. Ahmad Najib Burhani, Kepala Pusat Riset Kependudukan BRIN, Nawawi Ph.D.,Koordinator Penelitian Kerjasama BPS- BRIN Sari Seftiani, M.Sc.,jajaran BPS RI, Provinsi, Kota dan tamu undangan lainnya.(CP).

Komentar