Waspada!! DBD di NTT Melonjak Hingga 1155 Kasus

NTT, media indonesia menyapa.com
Demam Berdarah Dengue(DBD)
merupakan penyakit menular berbahaya atau mematikan yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk dari kelompok Aedes, terutama Aedes aegypti.

Cara Nyamuk Aedes Aegypti sendiri berkembang biak yakni suka bertelur di dalam wadah atau penampungan air yang gelap dan tersembunyi dan juga pengelolaan sampah yang tidak memadai yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Tercatat oleh Dinas Kesehatan kependudukan dan pecatatan sipil Provinsi NTT hingga periode januari ke 13 februari 2022 mencapai kasus 1155. Dari 1155 kasus tersebut menyebabkan meninggal 8 orang, masih di rawat 40 orang dan sembuh 1107 orang.

Oleh karena itu, untuk mengatasi dampak dari penularan nyamuk aedes aegypti maka Biro administrasi pimpinan setda Provinsi Nusa Tenggara Timur menggelar pertemuan Bakohumas lingkup Pemprov NTT dengan melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi NTT dan dinas – dinas terkait lainnya untuk membahas bagaimana langkah percepatan penanganan masalah penularan DBD di NTT.

Pertemuan Bakohumas yang di laksanakan mengusung tema ” langkah – langkah mitigasi dan percepatan penanganan kasus demam berdarah Dengue(DBD) di NTT dan kegiatan berlangsung di aula hotel sasando pada selasa(15/02/2022).

Ketua panitia pertemuan Bakohumas, yang merupakan Analis kebijakan pada biro administrasi pimpinan setda Provinsi NTT, France Tiran dalam laporannya menyampaikan, maksud dan tujuan di gelarnya pertemuan Bakohumas yakni untuk memberikan pemahaman dalam menyebarluaskan informasi terkait perkembangan terkini kasus DBD, melakukan berbagai upaya mitigasi dan percepatan penanganan di NTT dan juga untuk mengetahui perkembangan terkini kasus DBD, sekaligus mekanisme penanganan dan langkah – langkah strategis yang segera di laksanakan agar kasus DBD tidak berdampak pada munculnya KLB.

Kepala bidang penyakit menular (P2P) Dinkes Provinsi NTT, Erlina Salmun, M.Kes, mengatakan bahwa dinkes NTT saat ini terus melakukan upaya berkoordinasi dengan kabupaten kota untuk pencegahan dan pengendalian melalui 3M plus, mengunakan kelambu, mengunakan obat nyamuk, menabur ikan pemakan jentik pada tempat yang dapat menampung air.

“Upaya yang kami lakukan saat ini adalah merujuk kepada surat kepala dinkes Provinsi NTT agar segera melakukan upaya strategis pencegahan DBD di wilayahnya masing – masing sesuai peran, dan terus berkoordinasi dengan dinas terkait untuk melakukan pencegahan dan pengendalian DBD,” jelas Erlina Salmun.

Disampaikan Erlina, Peningkatan kasus DBD yang melonjak saat ini terjadi di Kabupaten Manggarai Barat, yakni dari 212. Kemudian disusul Kota Kupang menjadi 208. Lalu Kabupaten Sikka dengan 156 kasus DBD dan Sumba Barat daya 104 kasus.

Menurutnya kasus DBD mengalami kenaikan drastis pada tahun ini. Pasalnya pada periode januari hingga februari 2022 kasus DBD tercatat 1155 kasus.

“Tahun ini di periode januari hingga februari 2022 , meninggal akibat DBD mencapai delapan orang,” katanya.

Terkait kasus DBD yang cukup tinggi tersebut maka Erlina Salmun, Kepala bidang Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan NTT menghimbau warga menggiatkan pembersihan lingkungan dan pemberantasan sarang nyamuk untuk meminimalkan risiko penularan DBD.

Selain itu, pemerintah kabupaten dan kota diminta melakukan pengasapan menggunakan insektisida untuk memberantas nyamuk penular virus dengue di lingkungan permukiman yang warganya terserang DBD.

Sementara itu, Gubernur NTT dalam sambutannya yang di bacakan oleh Asisten tiga bidang administrasi umum setda Provinsi NTT, Samuel Halundaka mengatakan, melihat melonjaknya kasus DBD harus disikapi dengan serius oleh semua masyarakat, baik dari dinas kesehatan dan dinas terkait lainnya serta lembaga keagamaan.

Disampaikan juga, DBD merupakan salah satu penyakit yang di takuti karena dapat menyerang semua orang, terutama pada anak – anak karena kondisi tubuh anak – anak rentan dimana daya tubuh mereka tidak sekuat orang dewasa.

Oleh sebab itu, masyarakat di himbau harus tetap waspada terhadap ancaman DBD dan melakukan upaya pencegahan sangat penting secara sadar oleh semua elemen masyarakat.

“Pemerintah juga membutuhkan dukungan dan kerjasama semua pihak untuk memperhatikan sanitasi lingkungan dan menerapkan pola hidup sehat, sesuai arahan pemerintah seperti abatesasi, fogging, kulambusasi, pemberantasan sarang nyamuk, serta pembentukan juru pemantik pada semua rumah tangga agar masyarakat yang tertular bahkan yang mengalami kematian oleh DBD dapat segera di minimalisir,” jelas Halundaka.

Hadir pula, kepala dinas lingkungan hidup dan kebersihan Kota Kupang, Orson Ganes Nawa sebagai narasumber pada pertemuan Bakohumas mengatakan, penularan DBD melalui nyamuk aedes Agypti yang banyak berkembang biak biasanya dari penampungan air dan pengelolaan sampah yang tidak memadai sehingga menjadikan sampah sebagai faktor resiko peningkatan kasus DBD.

“Sistem Pengelolaan Sampah di kota kupang yang belum berjalan dengan baik menyebabkan potensi perkembangbiakan vektor DBD di rumah, lingkungan, TPS dan TPA,” jelas Orson Ganes Nawa.

Di jelaskan Kadis lingkungan hidup dan kebersihan Kota Kupang, bahwa sumber sampah kota kupang kebanyakan berasal dari sampah Rumah tangga, pasar tradisional, fasilitas publik, perkantoran, pusat perniagaan. Kondisi ini telah menyebabkan adanya peningkatan volume sampah padat anorganik yang memicu perkembangbiakan sarang nyamuk.

Oleh sebab itu kadis lingkungan hidup dan kebersihan kota kupang menghimbau perlu adanya dukungan dari lintas sektor dan elemen masyarakat untuk mengatasi tumpukan sampah di titik – titik liar dan kepada masyarakat juga bisa taat dalam membuang sampah pada tempatnya dan pada waktu yang di tentukan.

Pdt Ina Ngefak selaku ketua unit tanggap darurat bencana alam dan kemanusiaan di sinode Gmit mengatakan, Permasalahan penularan demam berdarah merupakan tantangan yang mesti mendapat dukungan dari semua elemen masyarakat termasuk Gmit, karena masalah dasar kesehatan masyarakat masih sangat buruk hingga dari lingkungan yang buruk juga melahirkan tingginya kematian akibat DBD.

Menurut pendeta Ina, peranan gereja untuk edukasi umat dalam hal imi.masyarakat sangatlah penting agar dapat menjaga kebersihan.
“Saya sendiri mengamati dan gerah ketika melihat masyarakat mengabaikan kebersihan lingkungan, hal itu menyebabkan lingkungan menjadi tercemar, oleh sebab itu untuk mengatasi hal tersebut perlu ada sanksi dan regulasi dari pemerintah, agar masyarakat bisa jera dan sadar pentingnya menjaga lingkungan yang sehat dan bersih agar terhindar dari penularan demam berdarah,” pungkas Ina Ngefak.

Hadir pada pertemuan Bakohumas,yakni, unsur forkompimda NTT, perwakilan lurah se – kota Kupang. pimpinan Rumah sakit dan puskesmas, dan lembaga keagamaan. ( CP ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *