Dampak Program TJPS di Sektor Peternakan Bagi Kesejahteraan Masyarakat Meningkat Secara Signifikan

NTT, media Indonesia menyapa.com
Program TJPS adalah upaya peningkatan produksi dan ekonomi para petani dan peternak, karena selama ini produksi dan ekonomi mereka kurang mendapat perhatian serius. Disyukuri bahwa dengan adanya program TJPS dengan basis utama meningkatkan produksi jagung dan menyediakan pakan ternak yang cukup, maka bisa menjawab persoalan ekonomi petani dan peternak. Produksi yang meningkat, tentu ditopang juga dengan pemasaran yang baik, dan berdampak pada penghasilan petani maupun peternak.

France Tiran, selaku ketua pelaksana pada kegiatan pertemuan Bakohumas lingkup Pemerintah Provinsi NTT, jumat(10/12/2021)dalam laporannya mengatakan, salah satu gebrakan yang menjadi program unggulan dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS), dimana program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2019.

Disadari bahwa, awal diluncurkan program ini, banyak kalangan masyarakat awam masih “kabur” dengan istilah ini, namun lama
kelamaan seiring dengan berbagai hasil dan dampak kemajuan dari pelaksanaan program ini, akhirnya semua bisa menyadari bahwa sebenarnya program ini dapat diandalkan, untuk memberi dampak signifikan bagi kemajuan di sektor pertanian dan ketahanan pangan serta sektor peternakan, yang semuanya bermuara pada kesejahteraan
masyarakat petani dan peternak di Nusa Tenggara Timur.

Tidak berhenti disitu, pendapatan yang semakin baik, akan diberdayakan lagi melalui pengembangan ke sektor peternakan. Hasil pertanian sebagian bisa disisihkan untuk membeli ternak. Mulai dari ternak kecil sampai ternak besar, yang pengembangannya dapat dibantu dengan tenaga pendamping. Dan pemasarannyapun dapat melalui
BUMDes. Dengan demikian melalui program TJPS, diyakini dapat merubah nasib petani dan peternak menjadi sejahtera.

Disampaikan France, TJPS sendiri memiliki tujuan meningkatkan ketahahan pangan dan ketahanan ekonomi masyarakat. Dua hal tersebut yaitu, pangan dan ekonomi saling berkaitan dan bertautan erat. Untuk mengaitkannya bisa digunakan pola integrasi antara pertanian dan peternakan.

“Jadi pertanian menghasilkan jagung, hasil panen jagung bisa dikapitalisasi
menghasilkan ternak. Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur melanjutkan pemeliharaan dan pengembangan peternakan. Dalam prosesnya juga ada keterlibatan
juga dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang mempersiapkan mesin untuk merubah hasil jagung. Biomasa batang jagung, akan menjadi pakan ternak untuk mendukung peternakan. Menciptakan aspek kemudahan
untuk pakan ternak, bagi petani yang ingin mengembangkan ternak. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Dinas Koperasi Nakertrans Provinsi Nusa Tenggara Timur juga ikut terlibat dengan melakukan pembinaan BUMDes dan Koperasi, agar bisa memasarkan hasil-hasil produksi dari TJPS. Pada akhirnya disadari bahwa TJPS memang didesain untuk
meningkatkan ketahanan pangan dan
ketahanan ekonomi masyarakat petani dan peternak di Nusa Tenggara Timur, agar makin maju dan sejahtera,” Jelas France Tiran.

Untuk diketahui, Pertemuan Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas)VI lingkup pemerintah Provinsi Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur yang diselenggarakan mengusung tema : “MENUJU 63 TAHUN NUSA TENGGARA TIMUR, TJPS MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DAN
MENGEMBANGKAN PETERNAKAN, MEWUJUDKAN NTT BANGKIT NTT
SEJAHTERA”.

Menurut France, Maksud dan Tujuan dari kegiatan Bakohumas yang di selenggarakan untuk memberikan pemahaman dan menyebarluaskan informasi terkait kemajuan pelaksanaan Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) di Nusa Tenggara Timur, dan dampaknya dalam rangka mendukung ketahanan pangan di Nusa Tenggara Timur dan mewujudkan kesejahteraan para petani dan para peternak di Nusa Tenggara Timur.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT,Johana Lisapaly di kesempatan pertemuan Bakohumas mengatakan dalam upaya mendukung dan mengembangkan peternakan perlu adanya pengembangan peternakan di NTT dengan berbagai langkah, solusi agar dapat mewujudkan NTT bangkit , NTT sejahtera.

Lisa Paly mengatakan, untuk menjawab dan mewujudkan program TJPS dalam meningkatkan produksi ternak, memperbaiki dan meningkatkan taraf ekonomi petani peternak di NTT, perlu adanya langkah – langkah dan solusi yang dilakukan oleh pemerintah NTT agar dapat mensejahterahkan para petani peternak yakni dengan mengintegrasikan program peternakan sehingga dapat mendukung peningkatan populasi ternak baik itu dengan peningkatan IB pada ternak sapi, peningkatan pelayanan kesehatan hewan.

Dirinya mengatakan, saat ini peternakan sapi potong di NTT masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri kepada skala usaha kecil, manajemen sederhana, kualitas pakan rendah dan padang penggembalaan semakin berkurang, pemamfaatan teknologi seadanya, kurangnya penerapan teknologi pengelolaan pakan ternak dan lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha Agribisnis.

” Masih banyak permasalahan peternakan yang terjadi di NTT karena sebagian besar peternak di NTT masih mengunakan pola beternak secara tradisional dan belum ada sentuhan teknologi yang memadai. akibatnya tidak inovatif dalam sistem pemeliharaan ternak dan manajemen usaha peternakan belum tertata dengan baik maka produktifitas peternakan menjadi sangat rendah,” jelas Kadis peternakan NTT.

Oleh sebab itu, menurut kadis peternakan NTT, sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam bidang peternakan menuju peternak sejahtera, perlu adanya kolaborasi dan peningkatan sinergitas yang di bangun melalui suatu ekosistem sampai kepada pemkab, pemkot agar program pemberdayaan petani peternak dalam memamfaatkan dan mengoptimalkan program perbankan dalam dukungan KUR untuk pengembangan peternakan.

Selain itu, Lisa Paly menambahkan, perlu ada langkah – langkah yang dilaksanakan pemerintah dengan merencanakan pembenahan grand design pembangunan peternakan terintegrasi dengan pertanian.

Sementara itu. Dominggus Bira, Ketua Poktan Fajar pagi menyampaiakan, poktan fajar pagi mengenal program TJPS sejak tahun 2019 dan sejak itu poktan fajar pagi merasakan mamfaar dari program TJPS bagi poktan fajar pagi baik secara kelompok maupun perorangan.

“Kami sejak mengenal program TJPS, perubahan kami rasakan sangat signifikan, dimana kami yang awalnya tidak punya sapi, sekarang sudah punya tiga ekor.dan itu hasil dari program TJPS,”ungkap Dominggus.

Kedepannya, Dominggus berharap dari keberhasilan yang telah di dapatkan oleh poktan fajar pagi, kalau boleh terus ada pendampingan dan dukungan dari pemerintah dalam pola pengembangan dari sisi pakan, sehingga hasilnya dapat meningkat.
( CP).

Komentar