Distan NTT : ” Ayo Selamatkan Pangan Dan Mamfaatkan  Limbah Makanan Menjadi Pupuk “

NTT, mediaIndonesia menyapa.com-Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT melalui dinas – dinas terkait menyerukan dan mengajak masyarakat NTT agar selamatkan pangan. Hal tersebut di sampaikan guna mengatasi ketersediaan pangan di NTT dan secara umum di Indonesia.

Sesuai data yang diterima media Indonesia menyapa dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT Jumat(13/11/2020), masyarakat pada umumnya selalu menghamburkan atau menghilangkan makanan yang sebenarnya masih bisa di manfaatkan. Yang disebut dengan food loose dan food waste. Yang di maksud Food loose adalah kehilangan makanan sebelum sampai ke tangan konsumen. Kehilangan terjadi saat makanan dalam tahap pengolahan atau saat distribusi. Sedangkan food waste adalah kehilangan makanan yang terjadi pada tahap Konsumsi.

Menurut Direktur dan peneliti bidang ekonomi agribisnis IPB Bogor, Arief Daryanto, PHD bahwa food loose adalah sampah yang berasal dari sayuran , buah-buahan atau makanan yang masih mentah namun sudah tidak bisa diolah menjadi makanan dan akhirnya dibuang, sehingga menyebabkan masyarakat kesulitan mendapatkan bahan makanan untuk dimasak.

Selain itu, Menurut riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga bahwa dari 25 negara anggota G20, Indonesia termasuk negara penghambur makanan kedua di dunia.
Hal itu dibuktikan dengan riset bahwa rata – rata orang Indonesia membuang makanan 300 kg per tahun.

Bagaimana tidak, sesua riset bahwa Indonesia adalah negara terpadat ke empat di dunia dengan jumlah penduduk 268,583 juta orang per Juni dan 11 persen penduduk nya masih hidup di bawah garis kemiskinan.oleh sebab itu dari hal ini mengajarkan masyarakat untuk menyumbangkan makanan dan membeli makanan sesuai dengan kebutuhan agar tidak ada lagi yang terbuang.

Selain itu juga.riset membuktikan bahwa sebagian masyarakat Indonesia merupakan golongan komsumtif, dimana pada umumnya tidak hanya lapar mata dalam membeli barang namun gemar menyisakan makanan, dan membuang makanan. hal itu dibuktikan melalui produksi limbah makanan yang meningkat sebesar 10 persen.
Terjadinya peningkatan produksi limbah makanan dikarenakan masyarakat tidak menghabiskan makanan saat makan, makan tidak sesuai dengan porsi makanan atau kebutuhan, membeli dan memasak makanan yang tidak disukai serta gaya hidup dengan merasa gengsi apabila menghabiskan makanan di depan orang banyak.

Maria K.Tuames, penyuluh dari Distan NTT sedang menyampaikan cara membuat pupuk organik cair dari Sisa makanan

Terkait berbagai permasalahan tersebut maka perlu adanya edukasi yang dilakukan oleh Dinas terkait kepada masyarakat dengan memberikan pengetahuan yang baik kepada masyarakat bagaimana budaya makan yang bijak , membangun karakter masyarakat tentang kesadaran untuk memaksimalkan makanan yang akan di makan dan belajar mengunakan kembali sisa makanan untuk dimanfaatkan bagi yang membutuhkan dan juga sisa makanan tersebut dapat dijadikan pakan ternak ,kompos dan energi.

Sebagai bukti Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT pada kegiatan lomba pangan lokal yang di gelar pada Jumat(13/11/2020)di lapangan kantor walikota Kupang melalukan testimoni bagaimana cara membuat pupuk organik cair dari Sisa makanan atau limbah makanan dapur dan dapat di daur ulang menjadi pupuk cair yang untuk digunakan pada tanaman baik bunga dan lainnya melalui proses fermentasi.

Cara membuat limbah sisa makanan dilakukan oleh penyuluh pertanian dari Distan Provinsi NTT, Maria Tuames, cukup simpel dan hanya membutuhkan waktu kurang lebih 7 s.d 14 hari waktu fermentasi disesuaikan juga dengan jumlah takaran sehingga pupuk organik cair dari limbah sisa makanan sudah dapat digunakan namun ijin dari Balai POM belum di miliki oleh Distan , sehingga pupuk organik cair tersebut belum bisa di perjual – belikan.
( CP ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *