Mantan Rektor Unwira, Pater Yulius Yasinto, SVD : Pendidikan di NTT Masih Perlu Dibenahi

Kupang,mediaiIndonesiamenyapa.com-Pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih menjadi perhatian serius dalam kancah perkembangan sumber daya manusia. Sekolah-sekolah sudah dibangun hingga ke pelosok. Perguruan Tinggi juga sudah banyak dibangun untuk menjawab persoalan lemahnya sumber daya manusia.

Hal tersebut diungkapkan oleh mantan rektor UNWIRA Kupang, Pater Yulius Yasinto, SVD, kepada MEDIA INDONESIA MENYAPA, Kamis(13/8/2020) di kediamannya .

Menurut Yasinto, dari segi infrastruktur dapat dinilai sudah mencukupi kebutuhan pendidikan, namun belum dapat diidentifikasi dengan jelas penyebab utama pendidikan di NTT yang sampai saat ini masih berada pada urutan terbelakang.

“Secara makro, pendidikan kita sudah mengalami perkembangan yang pesat, walaupun kita harus jujur mengatakan bahwa jati diri pendidikan di Indonesia belum bisa digambarkan dengan tepat. Terkadang kita masih mengacu pada gaya pendidikan kontinental di Eropa dan juga berorientasi ke gaya pendidikan di Amerika. Jadi masih mencoba-coba dan itu nampak dari kurikulum yang berulang-ulang.” Jelas Pater Yulius Yasinto, Svd, selaku Praktisi Pendidikan di Universitas Katolik Widya Mandira.

Dikatakan pula bahwa, apabila dikaji dari perspektif mikro, pendidikan di Nusa Tenggara Timur masih dinilai lemah. sedangkan secara fisik terlihat sudah membaik namun banyak aspek pendukung mutu pendidikan yang harus ditingkatkan secara signifikan.

“Dari segi infrastruktur tidak terlalu dipersoalkan karena sekolah dasar sampai sekolah menengah sudah dibangun hingga ke pelosok. Tenaga guru juga diyakini sudah cukup karena banyak lulusan FKIP yang belum terserap. Mungkin juga distribusi guru ke sekolah-sekolah itu yang belum seimbang. Atau bisa juga karena kurangnya gizi yang menunjang psiko-intelektual para siswa. Jadi belum dapat dipastikan faktor penyebab penghambat laju perkembangan pendidikan di NTT,” Tandas mantan Rektor Unwira tersebut.

Lebih lanjut diungkapkan juga bahwa sejauh ini, belum ada tulisan atau teori yang dengan pasti mengurai tentang keterbelakangan pendidikan di Nusa Tenggara Timur. Sehingga bisa dikatakan bahwa hal ini merupakan problema yang disebabkan oleh berbagai macam faktor kolektif. Bukan hanya menyangkut infrastruktur, atau sistem dan kurikulum, atau pengembangan sumber daya manusia. Tidak ada satu penyebab tunggal yang bisa diklaim sebagai sebagai penyebab utama keterbelakangan pendidikan di NTT.

“Singkatnya, pendidikan di NTT masih perlu dibenahi karena penyebabnya bersifat multi aspek.” Pungkas Pater Yulius ketika ditemui Media Indonesia Menyapa di Souverdi.

Selanjutnya pater Yasinto mengharapkan agar pendidikan mesti ditanam secara apik sejak dini. Tentunya dimulai dari keluarga, lingkungan, Sekolah Dasar sampai kepada Perguruan Tinggi. Anak-anak usia dini dapat disuntikkan pendidikan formal dan pendidikan karakter secara berimbang.
“Anak harus dilatih dengan tiga aspek utama. Saya kira yang masih mempertahankannya itu Lembaga Seminari. Yang pertama itu kemampuan matematika atau numerik yang berkaitan dengan logika berpikir. Lalu kemampuan berbahasa dengan beruntun. Yang terakhir adalah kemampuan interpretatif. Tiga hal utama ini merupakan tugas kami sebagai Praktisi Pendidikan untuk menanamkannya pada anak” Sambung Pater Yasinto.

Terkait peringatan HUT RI ke – 75, Pater Yulius mengungkapkan rasa syukurnya sebagai warga Negara Indonesia dimana usia ke-75 Republik Indonesia dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada seluruh warganya dengan tidak membedakan derajat pria maupun wanita dalam pendidikan. Semua sama dalam menimba ilmu. Sekalipun masih banyak yang perlu dibenahi, namun sudah tampak wajah Indonesia yang sumringah dalam bidang pendidikan. Hal ini merupakan suatu perkembangan yang positif untuk nasib bangsa Indonesia di masa yang akan datang. (Geztha/Tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *